oleh: Misbakhul lham
Menurut H. Purwanto Bukhori[1], pokok-pokok dasar ajaran
tarekat Syadziliyah adalah:
1.
Taqwa kepada
Allah SWT lahir batin, yaitu secara konsisten (istiqomah), sabar, dan tabah
dalam menjalankan segala perintah Allah SWT serta menjauhi semua
larangan-laranganNya dengan berperilaku waro’ (berhati-hati terhadap semua yang
haram, makruh, maupun syubhat), baik ketika sendiri maupun pada saat dihadapan
orang lain.
2.
Mengikuti
sunnah-sunnah Rasullulah SAW dalam ucapan dan perbuatan, yaitu dengan cara
selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan beramal seperti
yang telah dicontohkan Rasullulah SAW, serta selalu waspada agar senantiasa
menjalankan budi pekerti luhur(akhlaqul karimah).
Di
sisi lain, menurut K. H. Aziz Masyhuri[2], ajaran-ajaran dan amalan dalam tarekat
Syadziliyah adalah sebagai berikut:
Pertama: Istighfar. Maksud dari istighfar adalah memohon ampun kepada Allah
dari segala dosa yang telah dilakukan seseorang. Esensi istighfar adalah tobat
dan kembali kepada Allah, kembali dari hal-hal yang tercela menuju hal-hal yang
terpuji.
Kedua: Shalawat. Nabi Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dimaksudkan
untuk memohon rahmat dan karunia bagi Nabi SAW agar pembacanya juga mendapatkan
balasan limpahan rahmat dari Allah SWT.
Ketiga: Dzikir. Dzikir adalah perintah Allah pertama kali yang diwahyukan
melalui malaikat Jibril kepada Muhammad, ketika ia menyepi (khalwat) di gua
Hira’. Dzikir yang diamalakan ahli tarekat Syadziliyah adalah dzikir nafi
itsbat yang berbunyi “la ilaha illa Allah”, dan diakhiri dengan mengucapkan
“Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW”, dan diamalkan pula dzikir ism dzat yang
dengan mengucap dzikir nafi itsbat yang dibunyikan secara perlahan dan dibaca
panjang, dengan mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju kecuali
hanyalah Allah, dibaca sebanyak tiga kali, dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyidina
Muhammad rasulullah SAW”. Kemudian diteruskan dzikir nafi itsbat
tersebut sebanyak seratus kali.
Keempat: Wasilah[3]
dan Rabithah[4]. Dalam tradisi
tarekat Syadziliyah, orang-orang yang dipandang paling dekat dengan Allah
adalah Nabi Muhammad SAW, kemudian disusul para nabi lain, al-khulafa’
al-rasyidun, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan masyayikh atau para mursyid.
Diantara bentuk-bentuk tawassul yang diajarkan dan biasa dilakukan pada tarekat
Syadziliyah adalah membaca surat al-fatihah yang ditujukan kepada arwah suci
(arwah al-muqaddasah) dari Nabi Muhammad saw sampai mursyid yang mengajar atau
menalqin dzikir. Adapun rabithah yang dipraktekkan dalam tarekat
Syadziliyah adalah dengan menyebut ism dzat, yaitu lafadz “Allah, Allah” dalam
hati.
Kelima: Wirid[5],
Adapun wirid yang dianjurkan adalah penggalan ayat al-Qur’a surat atTaubah/9:
128-129 dan wirid ayat Kursi yang dibaca minimal 11 kali setelah shalat fardlu.
Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan mursyid.
Keenam: Adab. (etika murid) Adab murid dapat dikategorikan ke dalam empat
hal, yaitu adab murid kepada Allah, adab murid kepada mursyidnya, adab murid
kepada dirinya sendiri dan adab murid kepada ikhwan dan sesam muslim.
Ketujuh:
Hizib[6]. Hizib yang diajarkan
tarekat Syadziliyah jumlahnya cukup banyak, dan setiap murid tidak menerima
hizib yang sama, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhaniyah murid
sendiri dan kebijaksanaan mursyid.
Adapun
hizib-hizib tersebut antara lain hizib al-Asyfa’, hizib al-Aafi
atau al-Autad, hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, hizib
al-Barr, hizib an-Nasr, hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan
hizib al-Kahfi. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua
orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid
yang ditunjuk mursyid untuk mengijazahkannya.
Kedelapan: Zuhud, Pada hakikatnya, zuhud adalah mengosongkan hati dari selain
Tuhan. Mengamalkan tarekat tidak harus meninggalkan kepentingan duniawi secara
lahiriah.
Keesembilan: Uzlah
dan Suluk Uzlah adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat atau
khalayak ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang dapat
mengotori jiwa, seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan memikirkan
keduniaan. Dalam pandangan Syadziliyah, untuk mengamalkan thoriqot seorang
murid tidak harus mengasingkan diri (uzlah) dan meninggalkan kehidupan
duniawi (al-zuhud) secara membabi buta.
Suluk
adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan dengan berdiam diri di
pondok atau zawiyah. Suluk di pondok pesulukan dalam tradisi tarekat
Syadziliyah dipahami sebagai pelatihan diri (training centre) untuk
membiasakan diri dan menguasai kata hatinya agar senantiasa mampu mengingat dan
berdzikir kepada Allah, dalam keadaan bagaimana, kapan, dan dimanapun.
Adapun amalan-amalan yang diajarkan tarekat
Syadziliyah adalah membaca istighfar, membaca shalawat Nabi, membaca dzikir
yang didahului dengan wasilah dan rabithah. Juga membaca hizib, antara
lain hizib al-Asyfa’, al-Aafi atau al-Autad, al-Bahr, hizib
al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, al-Barr, hizib an-Nasr, hizib al-Mubarak, hizib
as-Salamah, an-Nur, al-Falah, al-Lutf, al-Jalalah, ad-Dairah dan al-Kahfi[7].
Dari beberapa uraian tentang
ajaran-ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah, maka penulis menyimpulkan
bahwa ajaran-ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah itu adalah istighfar,
shalawat Nabi, dzikir, wasilah dan rabithah, wirid, adab, hizib, zuhud, uzlah
dan suluk.
[1]
Purnawan
Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung, (Tulungagung, Jawa Timur: Pondok
PETA, 2007), h.84-85.
[2] A.
Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, (Surabaya:
IMTIYAZ, 2011), h. 262-271.
[3]
Wasilah atau tawassul artinya adalah segala sesuatu yang dengannya
dapat mendekatkan pada yang lain. Dalam tarekat, wasilah adalah upaya yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau cara yang dilakukan agar
pendekatan diri kepada Allah dapat segera berhasil.
[4] Rabithah
adalah menghubungkan ruhaniyah seorang murid kepada guru atau mursyidnya.
[5] Wirid
adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara terus menerus
(istiqamah) pada waktu-waktu tertentu, seperti setiap selesai mengerjakan
shalat lima waktu, sepertiga malam yang akhir, pagi atau sore atau waktu-waktu
tertentu lainnya
[6]
Hizib adalah suatu doa yang cukup panjang, dengan lirik dan bahasa yang
indah yang disusun seorang ulama besar.
Assalamu allaikum Wr.Wb...sy pernah diIjajah hizb asifa cuma saya sudah lama tidak di wirid ..pertanyaan bolehkah saya mewirid kembali hizib tersebut mohon penjelasan demikian wasalamualkaikum.Wr.Wb
BalasHapusMasih punyakah saudara amalannya..? Mungkin kalo ada saya minta
HapusAllhamdulillah trimakasih atas rangkuman sadaliyah
BalasHapusAssalamu'alaikum ijin tanya Ustadz,
BalasHapusUntuk masuk sbg anggota tarekat tsb apa persyaratannya. Matursuwun
Datang saja ke al habib lutfi coba cek di blog matan
HapusMakasih infonya
BalasHapusAskum usyad saya punya buku manaqib sadliliah apa di baca juga? Trimakasih
BalasHapusAskum usyad saya punya buku manaqib sadliliah apa di baca juga? Trimakasih
BalasHapus