Al-Quran adalah
sebuah kalam Allah yang diturunkan kepada seluruh umat manusia sebagai petunjuk
dalam menjalani kehidupan. Sedangkan banyak di dalam Al-Quran yang mana masih
banyak orang yang tidak mengetahui hakikat dari makna yang diinginkan oleh
Allah. Oleh sebab itu hanya Allah yang bisa mengetahui kebenaran secara mutlak
dari makna-makna yang hakiki dalam Al-Quran. Dalam penafsiran Al-Quran
menurut pandangan orang Ahlu-Sunah yang bisa menafsiri Al-Quran pada tingkatan
yang pertama adalah Al-Quran itu sendiri, jadi penafsiran bil Quran. Kenapa seperti
ini? karena yang tau makna-makna yang diinginkan dalam Al-Quran adalah yang
mengatakannya, dan yang mengatakannya adalah Allah sendiri. Jadi wajar kalau
al-Quran menepati posisi pertama atau teratas dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Quran. Kemudian yang menepati posisi kedua dalam menafsirkan al-Quran adalah
al-Hadis, kenapa al-Hadis ditempatkan di posisi kedua setelah al-Qur’an? Karena
Nabi Muhammad adalah seorang utusan yang diutus oleh Allah dalam menyampaikan
al-Quran, lantas orang yang menyampaikan al-Quran tentu banyak mengetahui
tentang makna-makna yang hakiki dalam al-Quran, sehingga Nabi Muhammad diutus
untuk menjelaskan al-Quran kepada manusia, agar manusia mendapatkan pemahaman
yang hakiki terhadap makna-makna al-Quran. Kemudian setelah tidak adanya
penjelasan dari AL-quran dan hadis yang menjelaskan makna-makna al-Quran, maka
manusia bisa menggunakan akalnya, karena akal mempunyai potensi yang tinggi
dalam menggali sebuah kebenaran yang bisa dijadikan dasar dalam menjelaskan
al-Quran ketika tidak ada lagi penjelasan dari al-Quran dan al-Hadis. Dalam hal
ini akal tidak bisa memberikan suatu kebenaran mutlak dalam memahami ayat-ayat
al-quran, tetapi akal bisa mendekatkan kepada kebenaran yang mutlak dan wajib
dilakukan jika tidak ada penjelasan lain karena akal juga termasuk dari ruh
Allah. Akal bisa diterima jika memiliki suatu keyakinan yang kuat dalam
memahami al-Quran karena kebenaran harus membutuhkan suatu keyakinan, tetapi
keyakinan tidak selalu benar. Ini adalah cara memahami al-quran dari paradigm theologis
orang ahlu sunah. Sedangkan teknik dalam memahami al-quran banyak sekali
paradigm, diantaranya paradigm theologis, psikologis, sosiologis, dan
antropologis.