Sabtu, 16 Januari 2016

makalah global warming

Oleh : Misbakhul Ilham

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai (1) latar belakang pemilihan judul dan (2) fokus pembahasan. Kedua hal tersebut dijabarkan melalui sub-subbab berikut ini.
1.1  Latar Belakang
Global Warming (pemanasan global) adalah meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfer, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui. Pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas rumah kaca, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (Rusbiantoro, 2008).
Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang terangkum dalam Fourt Assement Report (AR4) 2007 menyebutkan bahwa akselerasi emisi CO2 sejak tahun 2000 mengalami kenaikan lebih dari 3% per tahun atau lebih dari 2 ppm per tahun.
Apabila level gas rumah kaca tersebut diperbandingkan lebih jauh sejak jaman revolusi industri sampai masa kini maka kenaikan karbondioksida mencapai 38,21, metana naik 149,29%, nitrous oksida bertambah 16,30% dan CFC naik drastis dari 0 hingga 533 ppt, dan itu hanya terjadi dalam waktu 260 tahun (Sejati, 2011).
Pemanasan global ini dapat terjadi karena pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang sepuluh kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan yang kebanyakan adalah negara berkembang. Meskipun kontribusinya pada pemanasan global tidak setinggi negara-negara industri, negara-negara berkembang juga ikut menghasilkan karbondioksida dengan meningkatnya industri-industri dan perusahaan tambang (dengan bahan baku migas, batu bara, dan yang terutama berbahan baku fosil).
Selain itu, negara seperti indonesia juga ikut mempunyai andil dalam pemanasan global, karena menyumbangkan kerusakan hutan yang tercatat dalam rekor dunia Guinnes Record of Book sebagai negara yang paling cepat dalam merusak hutannya (Rusbiantoro, 2008)
Dalam majalah National Geographic memperhitungkan akibat pemanasan global ini yang diukur dari peningkatan temperatur bumi sebagai berikut: temperatur rata-rata saat ini diseluruh dunia sekitar 14.50 (580F). Pengaruh pemanasan global adalah peningkatan curah hujan yang cukup deras didaerah tropis yang basah dan garis lintang atas, sehingga menyebabkan banjir baik didaerah basah maupun kering. Peningkatan kekeringan dan penurunan suplai air digaris lintang tengah dan garis lintang bawah. Dari segi kesehatan meningkatnya penyakit dan kematian diakibatkan gelombang panas, badai, banjir, kekeringan, kebakaran, dan munculnya kekurangan gizi. Ekosistem bumi akan terjadi perubahan seperti banyak binatang dan tumbuhan yang terdoorong berpindah ke garis lintang yang lebiih atas atau didaerah yang lebih tinggi.
1.2  Fokus Pembahasan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada subbab sebelumnya, berikut ini dipaparkan secara rinci beberapa hal yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah.
1)      Pengertian global warming;
2)      Penyebab terjadinya global warming;
3)      Dampak yang mungkin terjadi dari kasus global warming;
4)      Solusi yang dapat diangkat untuk mengatasi kasus global warming.


BAB II
PEMBAHASAN
Informasi yang dijabarkan secara spesifik pada bagian ini meliputi (1) Pengertian global warming, (2) Penyebab terjadinya global warming, (3) Dampak yang mungkin terjadi dari kasus global warming, dan (4) Solusi yang dapat diangkat untuk mengatasi kasus global warming. Keempat informasi tersebut sesuai dengan fokus pembahasan yang telah ditentukan.
3.1  Pengertian Global Warming
Global Warming (pemanasan global) adalah meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfer, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui (Rusbiantoro, 2008).

3.2  Penyebab Terjadinya Global Warming
Efek rumah kaca, pemanasan global, dan perubahan iklim merupakan tiga hal yang saling bertautan. Efek rumah kaca adalah proses absorbsi dan pembuangan radiasi inframerah oleh bermacam gas di atmosfer. Gas-gas tersebut antara lain karbondioksida, metana, dan nitous oksida. Gas-gas yang menyelimuti bumi ini menyebabkan radiasi matahari terperangkap didalamnya, sehingga planet bumi menjadi hangat. Tanpanya, suhu bumi akan lebih dingin 330 C (590 F) dari pada sekarang. Suhu hangat seperti ini yang memungkinkan adanya makhluk hidup.
Efek rumah kaca pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suhu benda langit (terutama planet/satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk merujuk dua hal berbeda : efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat manusia. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas dioksida ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemmapuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi yang masuk ke bumi ini meliputi :
¨      25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
¨      25% diserap awan
¨      45% diserap permukaan bumi
¨      10% dipantulkan kembali kepermukaan bumi.
            Sebelum era industri, konsentrasi gas-gas tersebut relatif konstan. Namun kini telah terjadi kenaikan konsentrasi gas rumah kaca secara signifikan yang timbul dari faktor aktifitas manusia (antropogenik) seperti pemakaian bahan bakar fosil, emisi karbon, dan deforestasi.
            Peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca mendorong terjadinya pemanasan global. Pemanasan global adalah naiknya suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi akibat emisi gas rumah kaca dalam jumlah banyak membuat energi panas matahari terperangkap di atmosfer. Bumi pun menjadi lebih panas dari pada sebelumnya (Sejati, 2011)
            Penghasil terbesar dari pemanasan global ini adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain yang berada di belahan bumi utara. Pemanasan global ini dapat terjadi karena pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari yang kebanyakan adalah negara berkembang. Meskipun kontribunsinya pada pemanasan global tidak setinggi negara-negara industri, negara-negara berkembang juga ikut menghasilkan karbondioksida dengan meningkatnya industri-industri dan perusahaan tambang (Rusbiantoro, 2008)
            Penyebab yang lainnya yaitu, polusi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai polusi (tanah, air, udara, dan antariksa) terjadi karena aktifitas manusi, antara lain :
1.      Kebakaran hutan akibat membuka lahan baru.
2.      Polusi air karena tumpukan sampah, limbah industri, limbah nuklir yang di timbun di dasar lautan, pengeboran lepas pantai, kecelakaan kapal laut, logam berbahaya dari kulit kapal yang semakin turun kualitasnya, pencucian dan pengosongan tanker, saluran pembuangan, limbah rumah tangga, septictank, penyimpanan minyak bawah tanah yang bocor.
3.      Kendaraan bermotor mengeluarkan gas karbonmonoksida, nitrogenoksida, sulfur dioksida, dan hidrokarbon, sehingga menyumbang 1/3 dari total gas pencemar udara (Rusbiantoro, 2008).
3.3  Dampak Global Warming
            Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
·      Iklim mulai tidak stabil     
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
·         Peningkatan permukaan laut
            Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inci) pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades, Florida.
·         Suhu global cenderung meningkat           
            Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
·         Gangguan ekologis
            Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
·      Dampak sosial dan politik 
            Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
            Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu).
            Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
·      Pengendalian pemanasan global    
            Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
            Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
            Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

·         Menghilangkan karbon   
            Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
            Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
            Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.


3.4  Solusi Untuk Mengatasi Global Warming
1.      Bike To Work
            Bike To Work yaitu mengubah gaya hidup kita yang selalu memakai kendaraan bermotor atau mobil setiap kita berangkat kerja atau ke kampus dengan bersepeda. Kendaraan adalah penghasil gas-gas rumah kaca yang sangat besar. Setiap gerak kendaraan bermotor akan mengeluarkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu ada baiknya kita mulai mengefisienkan penggunaan kendaraan bermotor. Misalnya, jika perjalanan itu tidak terlalu jauh ada baiknya kita memilih menggunakan sepeda atau jalan kaki. Sesekali menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi jika hanya memuat satu atau dua orang penumpang. Sebaiknya pilihlah kendaraan yang hemat bahan bakar dan menghasilkan gas buangan yang rendah.
            Selain berolahraga dan menyehatkan tubuh, bersepeda adalah aktifitas yang mengeluarkan karbon netral atau menghasilkan karbon dengan titik 0.titik saat ini gerakan bike to work sudah menjadi gaya hidup baru bagi eksekutif di Jakarta. Gerakan ini bermula dari kelompok penggemar sepeda MTB (mountain bike) di Jakarta yang punya semangat, gagasan dan harapan terwujudnya udara bersih diperkotaan khususnya Jakarta, maka lahirlah komunitas pekerja bersepeda (bike to work community). Komunitas ini berkeinginan untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda sebagai alternative mode transportasi utamanya ketempat kerja (bike to work). Tujuan mereka membentuk komunitas ini adalah mereka ingin bersepeda dengan aman dan nyaman bukan lagi suatu impian belaka, sehingga semakin banyak masyarakat yang mau menggunakan sepeda sebagai sarana transportasinya dan mencegah polusi, menghemat BBM, mengurangi angka kemacetan di lalu lintas dan menyehatkan tubuh agar menjadi bugar dalam beraktifitas.
            Sayangnya gerakan bike to work ini belum didukung infrastruktur yang memadai seperti fasilitas bersepeda yang memadai, yaitu tempat parker sepeda yang layak, fasilitas mandi umum yang cukup, dan jalur perioritas sepeda. Oleh karena itu, gerakan bike to work ini dapat tecapai apabila pemerintah, mengelola perkantoran, pengelola fasilitas umum, dan masyarakat mempunyai komitmen bersama-sama untuk memberikan infrastruktur dan jalur bersepeda dari rumah sampai ke kantor dengan aman dan nyaman. Jika tidak, maka usaha positif yang telah dilakukan ini akan mendapat kendala sangat berat.
2.      Mendaur ulang kertas, plastik, dan logam
            Mendaur ulang kertas, plastik, dan logam sangat bermanfaat untuk lingkungan, guna mencegah terjadinya polusi air dan tanah, karena kebanyakan masyarakat di kota-kota besar membuang sambah di sembarang tempat dan tidak menyadari bahwa tindakannya tersebut sangat merugikan lingkungan yang menyebabkan terjadinya polusi air dan tanah, maka dari itu perlunya mendaur ulang kertas, plastik, dan logam yang tidak bisa di uraikan oleh tanah, selain itu manfaat dari daur ulang adalah meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat. Seperti membiasakan budaya 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Budaya 3R adalah tindakan positif yang dilakukan dari diri sendiri namun memiliki dampak besar dan luas bagi lingkungan. 3R tersebut yaitu:
a.       Reduce (mengurangi) yaitu tindakan untuk mengurangi penggunaan barang-barang yang sekali pakai. Terutama barang-barang yang diproduksi dengan bahan baku kayu atau tanaman hutan seperti kertas, tisu dan, sejenisnya. Dengan mengurangi penggunaan barang tersebut berarti kita telah mengurangi jumlah penebangan pohon.
b.      Recycle (daur ulang) tindakan untuk mendaur ulang sampah organic atau anorganik yang ada di lingkugan kita. Hal ini untuk menghindari tindakan membakar sampah yang dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca. Misalnya dengan menggunakan kembali botol, plastic, kaleng dan sejenisnya untuk tempat penyimpanan atau hiasan ruang.
c.       Reuse (menggunakan kembali) barang-barang seperti ember, plastic, tempat sabun cair bisa digunakan kembali. Misalnya ember bisa digunakan menjadi pot, plastik menjadi tempat untuk membawa barang belanjaan, sabun cair bisa diisi ulang kembali. Artinya jangan buru-buru membuang barang bekas yang bisa dimanfaatkan.
3.      Penghijauan lingkungan
            Saat ini dunia sedang terancam oleh pemanasan global dan perubahan iklim yang sangat cepat, untuk menecegahnya kita tidak perlu menunggu orang lain untuk bergerak, tapi kita bisa mulai dari diri kita. Salah satu contoh pelopor lingkungan hidup yang terkenal adalah professor Wanagari Maatai dari Kenya. Saat dia melihat perubahan vegetasi secara luas dan perubahan iklim yang tidak menentu, hilangnya hutan, dan tanah di Kenya yang menjadi tidak subur lagi, dia bersama perempuan lain membentuk kelompok lingkungan yang bernama gerakan sabuk hijau dan mendorong masyarakat Kenya untuk menanam pohon. Saat ini sudah 40 juta pohon yang di tanam untuk mencegah erosi tanah dan memberikan kayu bakar untuk memasak.
            Sebagai seorang gubernur provinsi papua, Barnabas Suebu menghadapi persoalan yang sangat pelik dengan begitu banyaknya pembalakan hutan dan illegal logging. Sejak tahun 2006 dia tidak lagi memberikan ijin kepada pengusa HPH untuk melakukan eksploitasi hutan di bumi Papua, dia melarang ekspor kayu gelondongan dan nantinya perusahaan kayu di Papua di wajibkan memiliki pabrik pengolahan kayu sendiri.
            Permasalahan di kota-kota besar adalah kurangnya lahan penghijauan yang menyebabkan tidak terserapnya karbonmonoksida yang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan lain-lain, sehingga menyebabkan meningkatnya polusi udara. Dari hal tersebut di perlukan tindakan pembukaan lahan peghijauan atau penanaman pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan agar karbonmonoksida dapat di serap oleh pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan  dan menghasilkan oksigen yang sehat.
4.      Pemanasan Global
            Salah satu usaha untuk mengurangi efek pemanasan global adalah melakukan reforestasi atau menghijaukan hutan yang gundul dan memanam pohon yang dapat menyerap karondioksida, terutama penghijauan kembali hutan tropis sebagai paru-paru bumi. Contohnya penanaman pohon di Taman Nasional Gunung Elgon, di timur Uganda. Dengan di dukung oleh perusahaan dari Belanda untuk mewujudkan usaha perdagangan karbon, mereka melakukan reforetasi hutan di Taman Nasional dan menginvestasikan $ 4 juta untuk memanan 3,4 juta pohon di lahan seluas 130 mil yang masih kosong.
            Usaha reforestasi ini sepertinya adalah sebuah ide yang sangat cemerlang sampai ada masalah dengan petani yang tinggal di Taman Nasional. Sekitar 1,5 juta pohon dari face pondation yang di Taman Nasional Gunung Elgon tersebut di tebang oleh para petani. Akhirnya muncullah konflik antara petani dan para militer sebagai otoritas kehutanan di Uganda.
            Selama ini sudah banyak sekali illegal logging yang di lakukan baik oleh penduduk yang tinggal di sekitar hutan dan perusahaan swasta di seluruh Taman Nasional Indonesia yang belum teratasi.
5.        Pemakain Lampu Hemat Energi.
            Alat listrik yang paling umum dipakai adalah lampu, kebutuhan akan lampu listrik adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Meskipun lebih mahal, rata-rata mereka lebih kuat 8 kali dan lebih hemat hingga 80% dari lampu pijar. Semakin banyaknya lampu listrik yang digunakan, maka semakin banyak pula kemungkinan untuk dilakukan pengehamatan. Pengehamatan tersebut dapat dilakukan dengan cara :
·         Ganti lampu bohlam/pijar dengan lampu neon hemat energi
·         Pilih kekuatan daya lampu sesuai dengan titik yang akan di pasang
·         Matikan lampu yang tidak terpakai
·         Atur saklar dan pencahayaan sesuai kebutuhan
·         Memanfaatkan cahaya matahari
·         Memakai energi listrik yang berasal dari panel surya.
6.      Hemat Listrik
            Setelah dijelaskan sebelumnya bahwa gas rumah kaca itu didominasi dari karbon dioksida. Sebagian dari CO2 dihasilkan dari pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil. Dengan demikian, jika kita berhemat listrik makan secara tidak langsung kita mengurangi kadar CO2 di atmosfer. Energi alam sebenarnya cukup berlimpah dan bisa dimanfaatkan untuk membantu aktifitas kita sehari-hari. Misalnya digunakan energy matahari untuk mengeringkan cucian. Manfaatkan angin untuk menyejukkan ruangan dengan membukan jendela rumah lebar-lebar. Jadi, kita tidak perlu lagi menggunakan pendingin ruangan yang dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gunakan pencahaan matahari untuk menerangi ruangan di siang hari. Dalam skala yang lebih luas, pemnafaatan energi alam ini sangat besar dampaknya dalam mengehemat energi fosi. Teruatam jika dimanfaatkan pada pembangkit listrik, sehingga selain bisa mengatasi kelangkaan bahan bakar fosil kita juga bisa menyelamatkan bumi dari pemanasan global.
7.      Persetujuan internasional 
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Protokol Kyoto
            Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat.
Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
            Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
            Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Protokol Kyoto tidak berpengaruh apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
            Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 miliar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 miliar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
            Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
            Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa..
                                                                           BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Global Warming (pemanasan global) adalah meningkatnya temperature suhu rata-rata di atmosfer, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam sejenisnya yang tidak dapat diperbarui.
2. Penyebab Global Warming itu adalah efek rumah kaca, kebakaran hutan akibat membuka lahan baru, polusi air yang disebabkan oleh beberapa hal seperti : tumpukan sampmah, limbah industri, limbah nuklir, limbahrumah tangga, penggundulan hutan yang tidak ditanami kembali, banyaknya kendaraan bermotor dan lain-lain.
3. Dampak dari Global Warming adalah perubahan iklim dan cuaca, kenaikan permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekoistem, wabah penyakit, lambatnya pertumbuhan sehingga berkurangnya persediaan makanan.
4. Solusi yang bisa kita lakukan dari pamaparan diatas adalah bike to work, memdaur ulang kertas, plastic dan logam dengan cara membudayakan 3R Reduce (mengurangi) Recycle (daur ulang) Reuse (menggunakan kembali), reboisasi, meminimalisir pemakaian alat-alat elektronik untuk menghemat listrik, dan menggunakan lampu hemat energi.
4.2 Saran
                 Setelah kita mengetahui sebab akibat dan solusi dalam permasalahan Global Warming, alangkah indahnya satu hal yang sangat penting di samping solusi-solusi yang dapat kita lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi kita sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal itu terlalu berat bagi kita. Lakukanlah secara bertahap tapi konsisten dengan komitmen kita.
                 Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sektar kita. Contoh dan praktek yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.



4.3 Pertanyaan Dan Jawaban Hasil  Diskusi
                 setelah proses diskusi makalah ini berlangsung, banyak dari para audien yang bertanya, diantaranya:
1. Apa itu efek rumah kaca ?
     Efek rumah kaca adalah proses absorbsi dan pembuangan radiasi inframerah oleh bermacam gas di atmosfer. Gas-gas tersebut antara lain karbondioksida, metana, dan nitous oksida. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas dioksida ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemmapuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
2. . Faktor-faktor yang menyebabkan tanah longsor salah satunya adalah getaran. Apa yang dimaksud dengan getaran tersebut?
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
3.  Bagaimana cara mengembalikan lapisan ozon yang berlubang?
Mengembalikan lapisan ozon yang berlubang itu bisa namun sangat sulit, sehingga kita hanya bisa mencegah agar lapisan itu tidak semakin melebar dengan cara menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Seperti mengurangi pemakain kendaraan bermotor, penggunaan lisrik dan lain-lain. Dapat kita simpulkan bahwa cara mengembalikan lapisan ozon yang berlubang yaitu dengan meningkatkan kadar O2 dalam bumi dengan melakukan reboisasi.
4. Bagaiamana pencegahan tanah longsor pada lereng yang terjal?
     Pencegahan tanah longsor pada lereng yang terjal yaitu dengan melakukan reboisasi pada lerang yang terjal. Reboisasi ialah penghijauan kembali pada tanah yang gundul. Sehingga air dapat diserap oleh akar pohon tersebut dan mencegah terjadinya tanah longsor.
5. Apakah jenis polusi kendaraan dengan kebakaran hutan itu sama?
     Jenis polusi kendaraan dengan kebakaran hutan berbeda. Kendaraan bermotor mengeluarkan gas karbonmonoksida, nitrogenoksida, sulfurdioksida, dan hidrokarbon sehingga menyumbang 1/3 dari total gas pencemaran udara.
     Sedangkan kebakaran hutan mengeluarkan gas


DAFTAR PUSTAKA

            Dwi Susilo, Rachmad K. Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Yogyakarta. Ar- Ruzz Media. 2012.
            Fandeli Chafid. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan Penampanannya Dalam Pembangunan. Yogyakarta. Liberty Yogyakarta. 2001
            Hamzah, Syukri. Pendidikan Lingkungan. Bandung. PT Refika Aditama. 2013.
            Rusbiantoro, Dadang. Global warming For Beginner. Yogyakarta. O2. 2008
            Sabarudin, Laode. Agroklimatologi Aspek-Aspek Klimatik Untuk Sistem Budidaya Tanaman. Bandung. Alfabeta. 20012
            Sejati, Kuncoro. Global Warming, Food, And Water Problem, Solution, and The Change of World Geopolitical Constellation. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2011.
            Soegianto, Agous. Ilmu Lingkungan. Surabaya. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). 2010.
            Wisesa, Hendra. Serba-serbi Bumi Enslikopedia Mini Lengkap dan Detail. Yogyakarta. Lilis. 2010.
            https://arlinaagung,wordpress.com/tugas-internet-desaing-dan-web/upaya-penanggulangan-kerusakan-lingkungan/. Arlina Agung (diakses pada tanggal 7 November : 13.45 WIB).
            https://yazidazhanzi.wordpress.com/2013/10/21/kerusakan-lingkungan-yang-disebabkan-oleh-manusia/. Yazid Azhanzi (diakses pada tanggal 6 November : 15.10 WIB).
            http://rizkiyantifaradina.blogspot.co.id/2013/11/cara-mencegah-dan-mengatasi-kerusakan.html. Rizki Yanti Faradina (diakses pada tanggal 8 November 09.50 WIB).
            http://www.artikelsiana.com/2015/03/upaya-penanggulangan-pemanasan-global-cara.html (diakses pada tanggal 9 November : 19.36 WIB)
            http://informasitips.com/cara-sederhana-mengatasi-pemanasan-global. (diakses pada tanggal 9 November : 19.37 WIB)